Suara Vs Spare Parts Menentukan Harga Supreme & Da 6l6

Suara Vs Spare Parts Menentukan Harga Supreme & Da 6l6

Berhitung saat menentukan komponen terbaik untuk speaker dan amplifier demi suara terbaik di kelasnya, tanpa terlalu membebani harganya yang terjangkau.

Tidak hanya pabrikan besar, pembuat speaker berskala kecil pun selalu mempertimbangkan bagaimana pemilihan komponen tertentu yang digunakan tidak saja melihat kualitas suara yang akan diperoleh, tetapi juga harga jual speaker itu. Karena tiap komponen punya harga tentu punya suara. Saat bung Daud Pranoto membuat speaker Supreme misalnya.

Saat kami datangi pertengahan Mei 2021 lalu, dia tengah mencoba salah satu model prototype speaker bookshelf yang diberinya nama Supreme serta sebuah integrated amplifier berkekuatan 2 x 15 watt yang dinamakannya DA6L6. Supreme ini terbilang hebat. Pertama, karena dia jual speaker ini di bawah harga 2.9 jutaan Rupiah(walau dua hari setelah kedatangan kami, dia berencana menaikkan di harga 3.4). Padahal jika melihat komponen serta boksnya, bila dijumlahkan bisa diatas harga itu. Mengapa kemudian dia perlu menaikkan harga di 3.4?

“Kemarin kan orang melihat hanya posting boks saja. Jadi seperti beli kucing dalam karung. Tetapi sekarang sudah keliatan bentuknya”kata Daud.

Hebat kedua, dari pengamatan kami akan Supreme, pengerjaanya terbilang teliti dan mengejar kualitas di atas harga itu. Tak heran baru prototype sudah dipesan oleh 7 orang. Ketiga? Yang ini bisa jadi tak terlalu istimewa, karena dia berniat menjual integrated amplifier tadi di harga 13.5 juta Rupiah. Kabar ini mungkin jadi agak membuat jadi ingin tahu bila kemudian dia katakan, dengan harga ini kita dapat sepasang Supreme gratis.

Nah, apa memang keistimewaan di kedua rakitan Daud bersama sejumlah rekan kerjanya di dapur D’Audio di kawasan Kelapa Gading ini? Untuk Supreme, ternyata banyak bagian dalamnya dibuat sendiri oleh Daud. Sebut saja seperti induktornya yang memakai Aircore. Bukan Iron Core. Sesuai namanya, inductor air core tengahnya jadi terisi udara (bukan besi). Menurutnya, tipe aircore ini lebih baik, dimana banyak speaker speaker mahal memakai inductor jenis ini. Tak heranlah bila harganya lebih tinggi. Aircore dikatakan Daud suaranya lebih airy.

Daud mengakui perlu memakai 8 pasang inductor aircore ini dalam satu speakernya. Komponen lain seperti di kapasitor, dia pakaikan kapasitor MKP. Mengapa tidak pakai kapasitor lainnya, misalnya Jantzen?

“Wah, harganya mahal. Mau dijual berapa speakernya?”katanya. Jadi memang pembuat perlu berhitung dengan daftar belanjaannya. Tak beda dengan seorang penjual makanan yang menetapkan harga masakannya lebih banyak berbasiskan modal yang telah dia habiskan untuk berbelanja bahan bahan mentah makanan.

Bagaimana soal drivernya, driver dari manakah? Poin yang ini Daud tak menjawab. Dia hanya mengatakan bahwa yang dia jual itu suara. Bukan drivernya. Ada benarnya memang. Sebagus bagusnya isi sebuah speaker. Sebagus bagus spesifikasi, desain dan semenarik apapun harganya, tetapi pada akhirnya yang menjual adalah bagaimana suaranya.

Kami amati tubuh Supreme. Speaker ini terlihat finishingnya rapi, walau pilihan urat kayunya bukan termasuk yang favorit kami (lebih nikmat melihat warna hitam black piano). Ini hanya soal selera tentu. Bila kita ingin finishing lain, Daud siap mengerjakannya. Cuma harganya tentu tidak sedemikian. Tetapi kami senang juga melihat bodi speaker yang sambungannya tidak bergelombang. Menurut Daud, HPL-nya termasuk yang premium.

Saat kunjungan, kami sempat mendengarkan suaranya dengan seperangkat system yang sebagian besar buatan D’Audio juga. Masih kurang lentur saat digunakan memainkan track bernuansa dinamik, misalnya yang menonjolkan elemen perkusi. Dipakai melantunkan Tammy Wynette pun ayunannya masih terasa kaku. Belum lepas. Menurut Daud, sepaket ini memang baru malam itu selesai dan baru pagi harinya dibunyikan. Maklumlah masih kurang lentur ‘otot ototnya’. Tetapi memang bakat menghiburnya sudah terlihat. Di uji coba itu, sempat juga kami berharap agar frekuensi atasnya bisa lagi dibuat extended.

Untuk harga dengan suara demikian, 3.4 juta saja masih terhitung murah. Tadinya malah sempat ingin memesan satu speaker mumpung lagi ‘mad price’. Tetapi kemudian kami pikir, kami uji sajalah nantinya dengan system kami, saat nanti system ini sebelumnya kami break in.

Meninjau DA 6L6

Setelah melihat Supreme, kami mendatangi DA 6L6. Nama ini dipilih terkait dengan lampu/tabung yang dipakai karena dia adalah integrated amplifier tabung. Dia pakai lampu 6L6(bisa juga pakai KT 88) dan lampu 5881 Tungsol. Ini terbilang tabung tabung hebat bila dipandang dari sisi penggunaannya untuk ampli seharga demikian. Sekali lagi, tentunya bung Daud sudah punya perhitungan tersendiri mengapa memakai komponen sekelas ini di unit yang dijualnya seharga ini (friendly reminder, 13.5 juta rupiah dapat speaker). Seberapa murahkah harga ini, tentu saja anda perlu rasakan suaranya dahulu. Yang jelas, Daud membuat integrated ini khusus untuk mendrive Supreme.

Perhatian kami juga tertuju ke komponen trafo yang ada(sayang lupa kami foto). Rasanya, untuk amplifier yang mainnya di 2 x 15 Watt, trafonya terlihat agak besar. Daud hanya berkomentar, bahwa jika dia buat 15 watt, dia berani jamin itu murni 15 Watt, akan tetapi trafonya memang terlihat lebih besar.

Jadi yang dia pakai itu sebenarnya biasanya dua kali lipat trafonya. Bila dikatakan ampli 15 Watt misalnya, maka bisa jadi ‘real’nya adalah sampai 30- 40 Watt, tetapi yang terpakai memang hanya 15 Watt. Tak heranlah bila kemudian ketika Daud gunakan untuk mendrive speaker speaker besar, katakanlah misalnya seperti speaker besar Amora buatan D’Audio, suaranya tak terasa overdrive. Terasa ringan ringan saja ‘ngangkatnya’. Maka, dia berani katakana bahwa ampli 2 x 15 Watt versi D’Audio tidaklah terasa kecil. Adakah yang menarik lain? Cukup menarik juga menurut kami ketika Daud mengatakan soal garansi yang diberikan untuk Supreme.

Garansinya setahun baik servis maupun perawatan. Hanya saja, garansi ini bukan karena kesalahan pemakaian, misalnya jebol. Sudah lumayan okelah untuk speaker seharga demikian. Jadi memang bila kita mengetahui harga speaker tertentu, kita mungkin bisa mengira ngira berapa biaya produksinya, walau ini pekerjaan yang tak mudah, karena harga juga ditentukan oleh biaya promosi, eksperimen saat produksi, biaya distribusi dan tentu saja profit margin yang ingin didapat. Tetapi bagaimana membayangkan faktor faktor ini di Supreme dan DA 6L6? Yang kita beli memang suara. Tetapi spareparts dan budget, sangat berperan untuk itu.



Artikel ini telah dimuat dalam website whathifi.id