Kemampuan Reproduksi Suara
Satu hal yang sering ditemukan adalah suatu amplifier yang diukur secara instrument mungkin bagus, tetapi hasil suaranya tidak enak didengar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang perancang HiFi pasti selalu berusaha untuk meminimalisir distorsi (cacat) dan fokus kepada bagaimana menghilangkan harmonik yang timbul. Selain itu, ia juga berusaha agar frekuensi yang dihasilkan merata. Tetapi, suatu amplifier untuk instrument sepertinya dirancang dengan sengaja untuk memunculkan distorsi dan frekuensi yang tidak flat, agar enak didengar.
Bagi yang mengandalkan masalah high fidelity berdasarkan kepada pengukuran, bisa berbesar hati bahwa amplifier transistor lebih baik karena desain dari amplifier ini bisa dibuat tanpa output transformer dan dengan begini kebal terhadap kebutuhan impedansi loudspeaker atau pengaruh transformer lainnya yang semua itu berpengaruh terhadap mutu suara. Sebaliknya ada juga yang mengatakan bahwa frekuensi response yang flat sesuai dengan pengukuran bukan berarti akan memiliki suara yang bagus. Memang dalam hukum pengerasan suara, ketelitian dalam memproduksi suara semirip mungkin dengan aslinya adalah tujuannya. Namun yang menjadi masalah adalah mutu loudspeaker itu sendiri, karena semahal apapun loudspeaker tetap memproduksi distorsi lebih banyak daripada amplifier.
Di sisi lain, ada juga yang mengatakan suara bass amplifier tabung tidak segesit dan semantap amplifier transistor. Roll-offnya sedikit rendah, bisa dijelaskan dengan tingginya impedansi output tabung dibanding dengan transistor. Memang amplifier transistor tidak mengalami kesulitan dengan impedansi, sehingga lebih bisa mengeluarkan nada rendah tanpa hambatan.
Amplifier tabung juga cenderung lebih linier daripada amplifier transistor, maka ampli tabung tidak membutuhkan negatif feedback seperti ampli transistor karena negatif feedback yang besar juga akan membuat ampli menjadi tidak stabil.